Kamis, 23 November 2023

Hai... kayaknya aku mau mulai nulis lagi deh.. haha ya aku tau aku udah ngomong ini dari kapan tau. niat dari beberapa bulan lalu, tapi belum terealisasikan sampai sekarang. Itu karena aku sudah punya anak, dan aku tidak bisa banyak melihat gadget atau sekedar membuka laptop ketika ia bangun. saat ia tertidur aku lebih memilih beres-beres rumah, makan, me time atau ikut tidur. Saat yang paling lenggang adalah malam hari ketika ia sudah pasti tertidur pulas. Tapi saat malam, aku jauh sudah lebih lelah dan ingin segera beristirahat. haha aku terlalu banyak alasan yaa. pelan-pelan aku akan coba menulis. sebagai kenangan agar kelak nanti bisa kubaca beberapa tahun mendatang. aku akan bantyak juga menceritakan malaikat kecilku yang sekarang bersamaku 24 jam, dan aku bahagia sekali. tunggu yaa
Read More

Kamis, 11 Mei 2023

Hai long time no see.. baru sadar udah dari tahun 2011 aku bikin blog ini. waktu itu karena tugas sekolah, dan dulu masih SMA kelas 11 kalo ga salah. dan sekarang 2023 dan aku sudah menikah, sebentar lagi juga akan segera launching a baby. waaah ga berasa ya waktu secepat itu berlalu. hmm jadi mau nulis lagi untuk tentang kisah beberapa tahun lalu selama ga ada di blog ini. dari mulai lulus SMA, masuk kuliah, lulus kuliah, masuk kerja sampai akhirnya bertemu dia yang sekarang jadi suami aku. next time deh cerita-cerita hehehe sekarang mau ngerjain tugas negara dulu, tugas-tugas membuat soal untuk murid-muridku. byeee see u
Read More

Senin, 19 Desember 2011

Berjilbab tapi Telanjang

Oleh Abdul Al-Hafizh Berjilbab tapi telanjang, sebuah ungkapan yang mungkin terlalu kasar atau bagaimana gitu. Tapi memang seperti itulah faktanya sekarang ini, begitu banyak akhwat yang berjilbab tapi mereka terkesan mempermainkan kesan jilbab tersebut tanpa memperhatikan dan memperdulikan aturan-aturan seputar jilbab tersebut. Berjilbab adalah perintah dari Allah agar para wanita bisa menjaga auratnya. Akan tetapi sekarang jilbab cuma menjadi sekedar mode belaka, ngga lebih. Banyak orang yang berjilbab yang hanya ikut-ikutan saja tanpa memperdulikan “bener ngga sih jilbab gue ini?” atau “jilbab gue ini sudah sesuai islam ato cuma penutup kepala doang ya?”. Mereka hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh idolanya saja, “cantik bener tuh artis A pake jilbab diiket ke leher, gue ikutin ah” atau “gaul juga ya artis B itu, pake jilbab tapi masih pake kaos ketat ato pake celana jeans ketat, gue ikutin ah”. Dilihat dari keadaan sekarang, emang bener sih ngga mutlak 100% kesalahan para jlbabers gaul itu. Peran televisi, artis, dan para idola mereka juga cukup demikian besar membentuk suatu stigma dan paradigma tentang apa itu jilbab, dan bagaimana cara berjilbab yang benar. Sebagian besar orang sekarang ini hanya menganggap jilbab sebagai suatu penutup kepala doang, “gue udah pake tutup kepala, jadi gue udah berjilbab dong, jadi terserah gue mau pake baju kaya gimana” mungkin itu yang ada dipikiran mereka. Tapi maaf, pernyataan itu 1000% salah. Jilbab bukan hanya sekedar penutup kepala, tapi jilbab merupakan suatu kesatuan pakaian yang berfungsi sebagai penutup aurat bagi seoarang wanita atau perempuan. Sungguh miris sebenarnya keadaan ini, karena tanpa mereka sadari berjilbab dengan hanya ikut-ikutan artis atau idola tanpa memperhatikan aturan yang ada itu bisa termasuk dalam kategori mempermainkan agama. Sedangkan Allah sendiri sangat membenci dengan orang yang menjadikan agama sebagai bercanda atau senda gurau belaka. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. At-Taubah [9] : 65-66) Karena itu coba deh kita perhatikan dengan sungguh-sungguh perintah berjilbab yang telah diberikan Allah dan RasulNya, agar ngga termasuk dalam golongan yang mempermainkan agama. “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri engkau, anak-anak perempuan engkau dan isteri-isteri orang mu’min, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah pengampun lagi pengasih.” (QS. Al-Ahzab [33] : 59 ) Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur [24] : 30 ) Perintah Allah diatas ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist beliau yang artinya: “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah cukup umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, sambil rasulullah (saw) menunjuk muka dan kedua tapak tangannya”. Dari ayat quran dan hadist diatas sudah sangat jelas tentang perintah berjilbab dan cara berjilbab dan keutamaan berjilbab. Jadi berjilbab itu bukan hanya sekedar menutup kepala, akan tetapi jilbab itu adalah suatu tata cara berpakaian yang menutup aurat yang sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya. Mungkin ada sebagian orang yang berpikir “ya lumayanlah daripada tidak berjilbab sama sekali”, tapi mengapa harus berpikiran seperti itu. Lumayan daripada tidak berjilbab ok, tapi kalau bisa lebih baik lagi mengapa tidak. Mengapa kita hanya mengambil batu jika begitu banyak emas yang tersedia, mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk menjawabnya. Jadi mumpung sebentar lagi bulan Ramadhan, perbaiki deh jilbabnya. Jangan hanya sekedar berjilbab tanpa mengikuti aturan yang kaffah. Firman Allah (artinya): “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian dalam Islam secara keseluruhan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 208) Berjilbab Tapi Telanjang
Read More

Wajah Manis Di Facebook

Wajah Manis di Profil Facebook by Hadi Aja on Sunday, October 30, 2011 at 5:04pm Surat Terbuka untuk Calon Ahli surga Yang Akhlaq Mereka Dicemburui Bidadari Buat Saudariku yang dirahmati oleh Allah السلام عليكم ورحمة الله وبركاته Ukhti yang baik, Kecantikan adalah anugerah. Senyum manis adalah berkah. Sungguh karunia dari Allah bahwa wanita diciptakan memiliki kecantikan yang sangat mempesona. Dan kecantikan itulah yang akan menjadi jalannya menuju surga, jika ia mampu membarenginya dengan akhlaq yang mulia. Rasulullah menjelaskan bahwa di antara fitrah lelaki adalah menyukai kecantikan wanita. Bahkan ‘Aisyah yang merupakan salah seorang shahabiyah paling pandai di masa itu, terkenal pula karena kecantikannya. Rasulullah menjulukinya Humaira`: Gadis yang pipinya merona merah. Dan karena kecantikannya itu, wanita dapat mengumpulkan pahala yang sebesar-besarnya dari Allah. Caranya? Bersyukurlah atas nikmat yang Allah berikan itu dan pandailah menjaga diri. Rasulullah mengajarkan cara bersyukur itu dengan membiasakan diri membaca do’a tatkala bercermin: اللَّهُمَّ كّمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ Yang maknanya, “Ya Allah… Sebagaimana Engkau telah mengelokkan parasku, elokkan pulalah akhlaqku…” Ukhti yang dijaga oleh Allah… Tak ada yang salah dengan kecantikan, karena, seperti kata pepatah, kecantikan bukanlah suatu dosa. Tapi sungguh itu tak berarti bahwa setiap wajah yang cantik berhak dijadikan barang tontonan. Kami kaum pria sangat bersedih karena sekarang ini banyak di antara kawan-kawan Ukhti yang gemar memajang wajah cantik mereka di profil Facebook. Juga di blog-blog yang katanya pribadi, tapi nyatanya dapat diakses oleh siapapun. Ini adalah satu hal yang sangat marak belakangan ini. Satu hal yang dianggap lumrah, sehingga para gadis berjilbab itu memasang pose-pose mereka di foto-foto yang kian hari kian bertambah jumlahnya. Seakan nama saja sudah tidak cukup. Mohon Ukhti tanyakan pada mereka, apa sesungguhnya tujuan mereka memajang foto tersebut di tempat-tempat publik? Yakni foto dengan gaya yang menggoda serta senyum yang memikat! Jika tujuan berjilbab itu adalah agar menutupi aurat dan terhindar dari pandangan-pandangan jahat, apakah itu pula yang menjadi tujuan mereka saat bergaya di depan kamera dan memamerkannya pada setiap orang? Jika berjilbab itu tujuannya adalah mencari ridho Allah, apakah tujuan memperlihatkan foto-foto itupun adalah ridho Allah? Apakah betul Allah akan ridho pada wanita yang melakukan hal itu? Ukhti yang baik, Kami kaum pria sangat bersedih menghadapi fenomena ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara gadis-gadis yang fotonya tersebar di seantero jagad ini adalah istri atau calon istri kami. Apakah mereka tidak tahu bahwa foto mereka tersimpan dalam komputer puluhan, ratusan atau bahkan mungkin jutaan pria lain yang tidak berhak? Yang mungkin saja dijadikan sarana oleh para pendosa sebagai ajang bermaksiat? Apakah mereka mengijinkan pria-pria selain suami mereka itu menyimpan foto-foto tersebut? Ukhti, Kami kaum pria sangat bersedih mendapati semua ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara foto yang tersebar luas itu adalah ibu atau calon ibu kami, yang seharusnya menunjukkan caranya menjaga diri, bukan dengan menunjukkan hal-hal yang seharusnya disembunyikan… Kami kaum pria sangat bersedih menyaksikan semua ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara foto yang tersebar luas itu adalah guru atau calon guru kami, yang seharusnya mendidik dan mengajarkan Al Qur’an serta akhlaqul karimah kepada kami. Apakah semua ini akan dibiarkan begitu saja tanpa ada penyelesaian? Tanpa ada seorangpun yang berani menegur serta mengingatkannya, memberitahukan bahwa itu adalah sebuah kesalahan? Atau harus menunggu tangan-tangan jahat memanfaatkannya untuk merusak harga diri dan menyebarkan aib yang seharusnya ditutup rapat-rapat? Ukhti yang baik… Jazakillah khairan… Terima kasih banyak karena Ukhti tetap pandai menjaga diri dari sekecil apapun celah-celah kealpaan. Tapi tolong sampaikan pula pada kawan-kawan Ukhti, agar merekapun mengikuti jejak ukhti dengan menghapus foto-foto mereka dari Facebook dan blog-blog mereka. Sampaikanlah pada mereka agar menahan diri dari keinginan menunjukkan eksistensi diri di hadapan pria yang tidak berhak. Jika mereka ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka cantik, cukuplah tunjukkan pada suami mereka saja. Atau orang tua dan anak-anak mereka saja. Karena Allah Maha Tahu segala sesuatu. Jika mereka membutuhkan sanjungan atas kecantikan yang telah dianugerahkan Allah pada mereka, biarlah Allah saja yang menyanjungnya, dengan balasan berlipat-lipat ganda di hari akhirat kelak. Dan jika mereka ingin kecantikan mereka dikagumi, biarkanlah suami mereka saja yang mengagumi, lalu memberikannya sejuta hadiah cinta yang tidak akan pernah ada bandingnya… Sementara kami, kaum pria yang tidak atau belum berhak atas itu semua, biarlah asyik masyuk tenggelam dalam do’a, agar dianugerahi istri yang cantik dan shalehah, ibu yang baik dan bersahaja, guru yang taat dan menjaga martabatnya… Agar Allah mengumpulkan kita kelak di surgaNya. Meraih ridho dan ampunanNya serta dihindarkan dari adzab neraka… Atas perhatian dari Ukhti, saya ucapkan jazakillah khairal jaza… والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته Salam Hormat, rickyfirman Ref : http://rickyfirman.wordpress.com/2009/11/16/wajah-manis-di-profil-facebook/
Read More

Ujung Pakaianku

UJUNG PAKAIANKU, MENYAPU JALANAN ??? Penulis: Ummu Rumman Muraja’ah: Ustadz Nur Kholis Kurdian, Lc dan Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar Apa yang spontan terpikir di benak kita ketika melihat seorang muslimah yang memakai jilbab besar dan cadar, ditambah lagi pakaian yang lebar dan panjangnya sampai menyentuh tanah?? Oke, kita tak sedang membahas mengenai hukum jilbab dan cadar. Insya Allah masalah ini dapat ukhty temukan pembahasannya pada tulisan lain. Tapi kita tengah berbicara tentang panjang pakaian sang muslimah yang sampai menyentuh tanah. “Mbak, mau nyapu jalan ya? Itu lho gamisnya kepanjangan, sampai ke tanah.” “Sudah lebar, panjang pula. Apa ga kotor? Kalau kena najis di jalan gimana? Ga sah donk kalau pakaiannya dipakai sholat.” “Iiiih… Jadi muslimah kok jorok sih? mbo’ panjangnya yang biasa aja. Ga usah berlebihan. Biar ga kotor…” Ukhty, sering mendengar komentar semacam ini bukan? Namun di sisi lain, kita temukan pula para wanita yang masih meremehkan masalah menutup aurat. Kaki, bagian tubuh wanita yang seharusnya ditutup justru digembor-gemborkan agar dijadikan salah satu daya pikat kecantikan wanita. Semakin pendek pakaian, semakin menarik, begitu anggapan mereka. Bahkan rok pendek dan rok mini menjadi bagian dari fashion model baju wanita. Wal iyaudzubillah. Lalu, sepanjang apakah seharusnya pakaian wanita menurut syariat?? Anjuran Bagi Wanita untuk Memanjangkan Kain Pakaiannya Ya Ukhty fillah, telah engkau ketahui bahwa wajib hukumnya bagi wanita untuk menutup auratnya. Dan termasuk bagian dari aurat yang harus engkau tutup adalah kakimu. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan mengenai bagian bawah pakaian, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata kepada Rasulullah, “Lalu bagaimana dengan pakaian seorang wanita wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Hendaklah ia mengulurkannya satu jengkal,” Ummu Salamah berkata, ‘Jika demikian masih tersingkap ” Satu hasta saja dan jangan lebih dari itu,” jawab beliau. (HR. At Tirmidzi. Hadits hasan shahih) Dari hadits di atas dapat ditarik dua kesimpulan, yaitu: Pertama, bahwa seorang wanita wajib menutup kedua telapak kakinya dengan pakaiannya. Kedua, boleh hukumnya memanjangkan pakaian bagi seorang wanita dengan ukuran sebagaimana telah dijelaskan hadits di atas. Dari mana diukurnya satu jengkal di mana seorang wanita memanjangkan pakaiannya? Dalam hal ini ada perbedaan pendapat di kalangan ulama satu jengkal itu diukur dari mana. Akan tetapi, pendapat yang kuat -insya Allah- satu jengkal adalah diukur dari mata kaki. Karena inilah Ummu Salamah berkata, “Jika demikian, kedua kakinya masih tersingkap,” lalu Rasulullah memberikan keringanan dengan satu hasta. Para ulama telah bersepakat bolehnya seorang wanita memanjangkan pakaiannya di bawah mata kaki. Hal ini berbeda dengan kaum laki-laki di mana mereka mendapat ancaman keras bila memanjangkan pakaiannya di bawah mata kaki. Sebagaimana kaum laki-laki, kaum wanita pun dilarang isbal. Akan tetapi ukuran isbal pakaian wanita berbeda dengan kaum laki-laki. Isbal-nya pakaian laki-laki adalah di bawah mata kaki. Sedangkan isbal-nya pakaian wanita adalah bila melebihi satu hasta atau dua jengkal. Sebagaimana dijelaskan di dalam hadits bahwa Rasulullah membatasi panjang pakaian wanita hanya boleh ditambah satu hasta atau dua jengkal, tidak boleh lebih. Saat ini banyak kita dapati model pakaian wanita ala Barat, misalnya saja pakaian pengantin. Bagian atas ketat dan membuka aurat, tapi anehnya bagian bawahnya justru sampai bermeter-meter panjangnya!! Betapa banyak kesalahan yang terdapat dalam model pakaian semacam ini. Pertama, Tidak menutup aurat. Kedua, Isbal. Ketiga, merupakan pemborosan dan perbuatan yang sia-sia. Keempat, menyerupai (tasyabuh) orang kafir. Cara Membersihkan Ujung Pakaian Wanita Jika kini pada dirimu timbul pertanyaan, “Lalu bagaimana membersihkan ujung pakaian wanita? Bukankah dengan ukurannya yang panjang menjadikan pakaian tersebut besar kemungkinannya terkena najis di jalan?” Islam agama yang kamil (sempurna) dan syamil (lengkap) yang menjelaskan setiap urusan secara detail, sehingga kita akan mengetahui berbagai solusi dari permasalahan yang kita hadapi dan belum kita ketahui. Ini sebagai bentuk kemudahan Islam. Berkaitan mengenai cara membersihkan ujung pakaian wanita, maka simaklah hadiah nabawiyah berikut ini. Dari seorang ibu putra Ibrahim bin Abdurrahman bin ‘Auf bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Sesungguhnya aku adalah seorang perempuan yang biasa memanjangkan (ukuran) pakaianku dan (kadang-kadang) aku berjalan di tempat kotor?’ maka Jawab Ummu Salamah, bahwa Nabi pernah bersabda, “Tanah selanjutnya menjadi pembersihnya.” (HR. Ibnu Majah, Imam Malik dan Tirmidzi. Hadits shahih) Namun, ada hal yang harus ukhty perhatikan dan pahami. Bahwa ketentuan yang disebutkan hadits di atas hanya berlaku untuk najis yang kering. Ketentuan ini tidak berlaku jika najisnya adalah najis yang basah atau cair. Imam Malik berkata, “Sesungguhnya sebagian tanah membersihkan sebagian yang lain. Hal ini berlaku apabila kita menginjak tanah yang kotor, kemudian setelah itu menginjak tanah bersih dan kering, maka tanah yang bersih dan kering inilah yang akan menjadi pembersihnya. Adapun najis seperti air kencing dan semisalnya yang mengenai pakaian/ jasad maka harus dibersihkan dengan air.” Al Khathabi berkata. “Dan ummat sepakat dalam hal ini.” Lebih jauh, Imam Syafi’i menjelaskan, bahwa ketentuan berlaku apabila najis yang diinjak adalah najis yang kering sehingga tidak ada najis yang melekat padanya. Maksudnya, najis tidak terlihat jelas secara fisik melekat pada pakaian (tanah telah menyucikannya). Apabila najis yang diinjak adalah najis yang basah, maka harus tetap dibersihkan dengan air hingga bersih. Lalu, bagian mana yang harus dibersihkan. Apakah hanya pada bagian yang terkena najis saja ataukah seluruh pakaian? Ukhty, pada asalnya yang wajib dibersihkan adalah hanya pada bagian yang terkena najis. Tidak harus dicuci semua. Sebagian orang beranggapan bahwa bila suatu bagian pakaian terkena najis maka seluruh pakaian harus dibersihkan. Ini adalah anggapan yang tidak benar. Cukup bagian yang terkena najis saja. Jika sudah secara maksimal dibersihkan tetapi masih tetap tersisa, maka insya Allah tidak mengapa. Semoga dengan penjelasan di atas kini para muslimah dapat mengetahui dan mengamalkan beberapa hukum berkaitan pakaian wanita. Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan pada kita mengenai najis, barang yang terkena najis dan bagaimana cara membersihkannya. Oleh karena itu, hendaklah para muslimah benar-benar mengilmui masalah ini. Tidak hanya sebatas masalah pakaian, tetapi jagalah juga diri dan lingkungan sekitar dari barang najis maupun barang-barang kotor yang bukan najis. Jangan sampai muncul anggapan bahwa wanita muslimah adalah sosok yang tidak mengerti dan tidak peduli masalah kebersihan. Bukankah wanita juga yang mengurus sandang-papan bagi suami dan anak-anaknya. Jika kita sendiri tak mengerti, lalu bagaimana keadaan keluarga dan rumah kita nantinya? Ukhty, mari kita niatkan setiap amal kita untuk mencari wajah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya. Bukan sekedar karena berprinsip “saya suka kebersihan.” Tapi mari cintai dan wujudkan keindahan dan kebersihan karena mengharap ridha Allah. Maraji’: 1.Al Wajiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz (Terj.), Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al Khalafi (pustaka As Sunnah) 2.Ensiklopedi Fiqih Wanita, jilid 2, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim (Pustaka Ibnu Katsir) 3.Kajian Al Wajiz oleh ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar, November 2008 4.Kajian Al Wajiz oleh ustadz Muslam, tahun 2004 5.Qutufun minasy Syamailil Muhammadiyah wal Akhlaqun Nabawiyah wal Adabil Islamiyah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Read More

Potret Ikhwan Sekarang

• Banyak cerita beredar, tentang para ikhwah yang saling nge-take-in calonnya masing-masing. Misalnya, si Ronald (siapa ini?) yang menjanjikan pada si Upik kalau dia akan menikahi Upik kelak, setelah lulus kuliah, setelah mapan, dan setelah-setelah lainnya. • • Ada juga beberapa ikhwan yang saya tidak sengaja temukan, bermain-main dengan “api” ini. Misalnya ikhwan Z yang kerap mengirim sms pada akhwat Fulanah dengan bunyi antara lain seperti ini: “Lagi ngapain?” , atau “Lagi syuro dimana? Posisi duduknya seperti apa?”, atau “Sudah makan belum?”, atau “Hari ini pakai baju warna apa?”, atau “Sudah bangun?”, atau bahkan “Sudah mandi belum?”. Astaghfirullah. • • Inikah potret ikhwah sekarang? • Ketika masalah hati berbicara, akankah nilai-nilai yang selama ini dipegang teguh kan hilang? • Sungguh, betapa sedih hati saya melihat seringnya fenomena ini terjadi di kalangan ikhwah. Mengapa engkau para ikhwan kerap tidak sadar kala jempol kalian menari diatas tuts-tuts handphone kalian lantaran terbawa perasaan? Mengapa engkau para akhwat kerap tidak sadar ketika kehormatanmu engkau pertaruhkan lantaran terbawa sihir asmara yang terkirim lewat sms-sms itu? • • Duh cinta, kala virusmu menyerang. • Kau tutup mata, telinga, dan mulut para saudara dan saudariku. • Duh cinta, kala virusmu menyerang. Kau tutup mata mereka, sehingga meski seburuk apapun rupa pujaan hati mereka, si pujaan hati kan terlihat yang paling keren sedunia. Meski seburuk apapun citranya di mata orang lain, si pujaan hati kan tetap terlihat sebagai orang paling baik dan sempurna di dunia. • • Duh cinta, kala virusmu menyerang. Kau tutup telinga mereka, sehingga meski seburuk apapun omongan orang terhadap si pujaan hati, ia kan tetap terjaga citranya dalam otak si pecinta. Meski sekasar apapun kata yang dikeluarkan, si pujaan hati kan tetap terjaga namanya dalam otak si pecinta. Meski sebanyak apapun nasihat yang dikeluarkan orang-orang yang berusaha menjaga si pecinta, telinganya tidak akan menangkap sepatah kata pun yang diberikan. • • Duh cinta, kala virusmu menyerang. Kau tutup mulut mereka, sehingga mulut itu akan tetap bungkam manakala mulai muncul ketidaknyamanan dalam interaksi keduanya. Mulut itu akan tetap bungkam manakala kekerasan dalam hubungan tak terhindarkan. Pantaslah banyak kasus kekerasan yang jarang terungkap tuntas. • • Kalian yang anti pacaran, tapi kalian justru mempraktikkan esensi pacaran itu sendiri, atau bahkan lebih buruk lagi. Kalian mempraktikkan suatu hubungan yang sering disebut para remaja sebagai hubungan tanpa status (HTS). • • Kini haruskah kondisi ini dibiarkan? • • Virus cinta memang mematikan. Ia menutup mata, telinga, dan mulut orang yang tengah diselimuti aroma romantisme cinta. Mata akan selalu tertutup selama cinta itu bersemayam dalam hati si pecinta, sehingga ia pun tak akan peduli tentang paras dan tingkah laku orang yang dicintai, termasuk pandangan orang lain terhadap pujaan hatinya. Pun dengan telinga si pecinta yang akan selalu tertutup terhadap segala tutur kasar atau kurang sopan yang diucapkan pujaan hati, juga tertutup terhadap nasihat orang-orang di sekitarnya. Meski orangtua yang selama ini dihormatinya turun tangan dalam memberi nasihat yang baik padanya, ia malah akan memandangnya sebagai suatu penghalang bagi hatinya yang tengah dilanda cinta. Tak pelak banyak hubungan orangtua dan anak yang remuk kala sang anak dimabuk cinta. Begitu pula dengan mulut si pecinta yang akan tetap terkatup lantaran ketakjubannya pada pujaan hati, meski kemudian muncul hal-hal tidak menyenangkan dalam hubungannya dengan pujaan hati. • • Pantaslah banyak kasus kekerasan dalam hubungan pacaran ataupun KDRT dalam hubungan suami istri yang jarang terungkap tuntas. Pantaslah banyak kasus aborsi yang kini makin tak terhindarkan di kalangan remaja kita. Mengapa demikian? Karena di usia remaja ini lah, para pemuda pemudi kita mengalami suatu masa yang disebut pubertas dan biasanya mulai mengenal dan menikmati cinta lewat suatu ikatan bernama pacaran. Masa mereka menikmati manisnya cinta ini, biasanya para remaja ini bersedia untuk melakukan apapun demi orang yang dicintainya. Sungguh inilah salah satu godaan terbesar yang setan sodorkan pada manusia. • • • Ketika ikhwah jatuh cinta dapat menimbulkan ekses positif apabila ketika ia jatuh cinta, ia mencontoh sikap Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra yang sebenarnya telah saling tertarik alias jatuh cinta jauh sebelum mereka dinikahkan oleh Rasulullah SAW yang merupakan ayahanda Fatimah Az Zahra. Namun meski ada cinta yang telah bersemayam, mereka tidak pernah saling mengutarakan perasaannya, baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan. Sikap menjaga hijab diantara keduanya tetap berlaku seperti layaknya hijab yang mereka berlakukan manakala berinteraksi dengan lawan jenis lainnya. Keduanya tetap saling menjaga pandangannya. • • Pun ketika Rasulullah SAW menyatakan pada Fatimah bahwa beliau berniat menikahkannya dengan seseorang, tak ada sepatah kata pun yang diucapkan Fatimah untuk meminta pada ayahandanya agar menjadikan Ali sebagai calon suaminya. Inilah potret cinta ikhwah yang indah. Manakala hati tetap dijaga dengan menjaga lisan, tulisan, dan perbuatan terhadap orang yang sebenarnya kita cintai. Saya pun jadi teringat nasihat seorang saudari seiman dulu sebelum saya mengenal tarbiyah ini. Beliau mengatakan pada saya bahwa apabila kita menahan perasaan cinta dan tidak mengungkapkannya lewat lisan, tulisan, ataupun perbuatan kemudian kita mati dengan tetap masih menahan perasaan tersebut tanpa pernah mengungkapkannya, maka matinya kita adalah syahid. Subhanallah! Betapa Allah menghargai sikap sederhana tersebut dengan gelar kemuliaan syahid yang banyak diidamkan orang yang beriman. • • Ekses positif lainnya yang dapat muncul yaitu makin taqorrub-nya orang yang jatuh cinta pada sang Khalik, motivasi baginya untuk cepat lulus, lebih sukses, lebih mapan, lebih sholeh/sholehah, lebih ghodul bashor,dan lebih-lebih lainnya yang pada akhirnya akan menjadi bekalnya untuk siap memasuki gerbang pernikahan yang Allah ridhoi. • • Namun sayangnya, ketika ikhwah jatuh cinta pun dapat menimbulkan ekses negatif manakala ia tak dapat mengendalikan perasaannya. Mungkin iya, ia menjaga lisannya hingga tak terucap kata cinta atau sayang pada pujaan hatinya. Namun terkadang seringkali ikhwah khilaf dalam tulisan dan perbuatan yang dilakukannya kala berinteraksi dengan pujaan hatinya. Banyaknya kasus sms mesra, banyaknya kasus sms curhat, banyaknya ikhwan akhwat yang saling nge-take-in calon mempelainya, banyaknya proses ta’aruf yang berlarut-larut, banyaknya hubungan tanpa status (HTS) antara ikhwan akhwat yang sama saja dengan orang yang berpacaran, dan sebagainya merupakan contoh nyata ekses negatif yang muncul manakala ikhwah jatuh cinta. • • • “Sesungguhnya fitnah selalu ditampakkan pada hati. • Jika hatimu merasa senang dengannya maka satu titik hitam digoreskan padanya, • dan jika ia ingkari maka satu titik putih diletakkan padanya.” • – Hudzaifah bin Yaman • • • Sungguh, tak takutkah kita akan murka-Nya? • • fwd dari grup " IKHWAH.....Mari Renungilah "Foto Ukhti dimana-mana!" " http://www.facebook.com/group.php?gid=124405113132 • • copas dari http://www.facebook.com/note.php?note_id=142819334197 atas permintaan salah seorang mentee
Read More

Minggu, 18 Desember 2011

JILBAB...MENUTUP AURAT ATAU MEMBALUT AURAT...???

Jilbab bukan lagi menjadi kata yang asing didengar, terlebih belakangan ini, di mana wanita muslimah berbondong-bondong untuk mengenakan jilbab – dengan prasangka baik – bahwa mereka melakukannya sebagai wujud ketaatan akan perintah Allah dan Rasul-Nya. Ada perasaan nyaman bagi sebagian orang yang mengenakannya, karena pakaian yang dikenakannya akan meninggalkan kesan yang ‘lebih Islami’, terlepas dari cara dan mode pakaian yang dia kenakan. Yang tidak banyak disadari, atau mungkin lebih sering diabaikan, bahwa jilbab bukan sekedar mengenakan pakaian lengan panjang, betis tertutup hingga tumit, dada dan leher terhalang dari padangan orang. Bahwa jilbab bukan sekedar membalut anggota-anggota tubuh yang tidak semertinya terlihat selain mahram. Tidak, Jilbab lebih dari itu! Allah subhanahu wata’ala berfirman: يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. (QS Al-Ahzab [33] : 59) Jilbab sejatinya adalah ‘body covering’, penutup tubuh (aurat) yang akan melindungi seorang wanita, dari pandangan dan penilaian orang lain, khususnya laki-laki, dan bukannya ‘body shaping’, pembalut tubuh yang menampilkan seluruh lekuk liku tubuh seorang wanita, membuat orang menoleh kepadanya. Jilbab, di tangan wanita muslimah masa kini, telah kehilangan esensinya. Seperti komentar seorang rekan kerja dulu, ketika melihat dua orang gadis remaja berboncengan dengan jilbab yang serba ketat, “Yah.. jilbab sekarang kan untuk membalut aurat, bukan untuk menutup aurat!” Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah memperingatkan: وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,” (QS An-Nuur [24] : 31) Saat ini, di tangan wanita muslimah masa kini, jilbab itu sendiri adalah perhiasan. Sebagian orang yang mengenakannya justru mengundang orang (baca: laki-laki) untuk melihatnya, Betapa tidak, pakaian terututup yang serba ketat justru menggoda orang ingin tahu apa yang ada di baliknya. Baju model baby doll berlengan pendek, dipadu dengan manset dan jeans atau bicycle pants super ketat, atau jenis pakaian ketat yang menampilkan lekuk tubuh lainnya. Jika sudah begitu lalu apa bedanya dengan pakaian yang lainnya? Tambahan sepotong kain yang dililitkan pada kepala dan leher tidak menjadikan sebuah pakaian dikatakan berjilbab, karena toh yang memakainya masih terlihat seperti telanjang. Padahal Rasulullah telah memberikan peringatan keras, kepada para wanita yang berpakaian tetapi telanjang: “Ada dua golongan penduduk neraka yang sekarang saya belum melihat keduanya, yaitu: wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berlenggak-lenggok dan memiringkan kepalanya seperti punuk unta, dimana mereka tidak akan masuk surga, bahkan mencium baunya pun tidak bisa” (HR Muslim dan Ahmad) Hadits ini telah diabaikan, entah karena tidak tahu, atau mungkin tidak diperdulikan! Atau mungkin terlalu takut untuk mengetahui kebenaran yang akan menyebabkannya merasa terasing dari masyarakat, lalu membuatnya mentup mata, hati dan telinga. Atau bahkan yang lebih mengerikan lagi, dengan sengaja memberikan penafsiran berbeda mengenai perintah untuk menutup aurat itu, demi memenuhi hawa nafsunya! Aduhai, entah kemana perginya rasa takut itu, seolah-olah kehidpan di dunia ini akan berlangsung selamanya dan ancaman manusia mulia, hamba dan utusan Allah untuk memberikan peringatan kepada manusia, tidak berarti apa-apa kecuali hanya sekedar gertak sambak! Na’udzubillah! Entah kemana perginya rasa malu yang seharusnya bermanifestasi pada prilaku dan cara berpakaian? Sebagian besar kita justru terlena pada penilaian kebanyakan orang. “Berjilbab bukan berarti ketinggalan zaman.” Atau, “Dengan jilbab pun bisa tampil modis dan trendi.” Entah mengapa, kita menjadi latah dengan penilaian orang kafir, mengenakan jilbab syar’I adalah symbol keterbelakangan, bahkan yang lebih menyedihkan lagi yang terjadi akhir-akhir ini, jilbab besar adalah cirri aliran sesat dan pengikut paham esktrimis! Islam telah memuliakan wanita, menjaga kehormatan wanita dengan menetapkan batasan-batassannya, bukan untuk menjadikan wanita terkekang, sebaliknya bahkan untuk melindungi kaum wanita. Tubuh seorang wanita adalah milik pribadinya, bukan properti umum yang dapat dilirik, ditaksir dan diberikan penilaian. Wanita sejatinya adalah individu yang bebas, ketika dia mengikuti apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya bagi dirinya. Jangan mengira bahwa wania-wanita yang tampil trendi itu adalah orang-orang yang memiliki lebebasam memilih, karena toh mereka terkungkung oleh pandangan orang lain. Sederhana sekali, jika seseorang atau beberapa orang mengatakan kepada anda “kamu cantik dengan baju ini, atau dengan warna itu,” anda lalu mengikuti perkataannya. Padahal cantik adalah sebuah ukuran relatif yang senantiasa berfluktuasi sepanjang zaman. Layaknya mata uang, ia bisa mengalami devaluasi, Lalu di mana letak kebebasan itu, ketika seorang wanita membiarkan dirinya terbawa arus fluktuasi itu? Pilihan orang banyak adalah pilihannya? Pendapat orang banyak adalah pendapatnya? Pada kenyataannya, jilbab adalah sesuatu yang masih asing di kalangan wanita muslimah, karena yang bertebaran saat ini hanyalah sekedar penutup kepala, pembalut tubuh, trend mode dan bukannya jilbab yang seharusnya berfungsi untuk menutup aurat dengan sempurna. Wallahu a’lam. Semoga Allah memberikan kita taufik dan hidayah untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya, dan istiqamah di atas ketaatan itu. Amin
Read More

Pengikut